Minggu, 30 September 2012

Budidaya Jabon Peluang Usaha Baru

Kayu merupakan salah satu sumberdaya alam yang saat ini mulai mengkhawatirkan banyak orang, baik ditingkat pemerintah maupun tingkat pemerhati lingkungan. Besarnya tingkat kebutuhan kayu untuk industri yang mencapai lebih dari 35 juta m3 per tahunnya, menjadikan kayu sebagai barang komoditas yang memiliki nilai jual cukup tinggi. Tak heran bila saat ini harga jual kayu dipasaran cukup mahal, sehingga beberapa orang kini mulai sadar untuk membudidayakan berbagai macam jenis kayu untuk mengimbangi besarnya permintaan pasar yang ada saat ini.
 
Dari berbagai macam jenis kayu yang ada di Indonesia, saat ini Jabon menjadi salah satu jenis tanaman yang paling diminati para petani. Pertumbuhannya yang lebih cepat dari tanaman kayu lainnya dan besarnya minat pasar terhadap jenis kayu ini, membuat para petani lebih tertarik membudidayakan jenis kayu tersebut sebagai salah satu peluang usaha yang mereka geluti.
 
Biasanya kayu jabon sering dimanfaatkan masyarakat untuk bahan baku mebel, peti, perabot rumah tangga, bahan baku pulp (bubur kertas), mainan anak-anak, papan triplek, korek api, dan bahan baku kayu lapis. Bahkan banyak konsumen berpendapat bahwa kayu Jabon memiliki kualitas lebih bagus daripada kayu sengon. Hal inilah yang membuat sebagian besar masyarakat mulai membudidayakan kayu jabon sebagai bentuk investasi bisnis yang aman dan menjanjikan.
 
Budidaya Jabon
Jabon merupakan pohon yang hidup di wilayah Asia Selatan sampai Papua Nugini. Di Indonesia sendiri pohon yang memiliki nama latin Anthocephalus Cadamba ini banyak dibudidayakan di daerah yang memiliki suhu 18°C sampai 43°C, dengan pH 6-7 dan tingkat kelembapan 80-90%. Disamping itu biasanya proses budidaya dilakukan dilahan yang datar, mudah diakses sarana transportasi (dekat dengan jalan raya) agar proses pengangkutan tidak terhambat, dan dekat dengan sumber air untuk mempermudah proses pengairan. Misalnya saja seperti sentra pembibitan kayu yang ada didaerah Probolinggo, Lampung, Majalengka, Bandung, Bogor, Sulawesi Tenggara, Tasikmalaya, Garut, Ciamis, dan beberapa daerah lain.
 
Untuk proses pembibitan jabon dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu menggunakan benih atau stek pucuk. Jika pembibitan dilakukan dengan benih maka media yang digunakan adalah pasir. Berhubung benih jabon sangat lembut, maka cukup disebarkan di atas media dan disiram dengansprayer (semprotan). Setelah daun kecambah tumbuh seukuran kuku jari tangan, Anda bisa memindahkan bibit ke polybag, dan bibit siap untuk dibudidayakan.
 
Sedangkan untuk proses pembibitan dengan stek pucuk, yang perlu disiapkan adalah media tanam berupa polybag berukuran 6 cm x 12 cm, dan diisi dengan campuran tanah, pupuk kompos serta pasir (perbandingannya 1 : 1). Selanjutnya stek pucuk diambil dengan memotong trubusan atau pucuk yang belum membentuk daun. Lalu celupkan pangkal stek ke dalam larutan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) berupa Rootone-F untuk merangsang akar dengan dosis 200 ppm (200 mg dilarutkan dalam 1 liter air) selama 1-2 jam. Setelah bibit siap, maka lubangi media (polybag) dan tanamkan stek pucuk yang sudah disiapkan. Letakan polybag yang sudah berisi bibit dalam plastik sungkup yang sudah disiapkan di bawah paranet. Pertahankan kelembapan sekitar 90% dengan menggunakan sprayer (penyemprot). Kemudian setelah 1 bulan pindahkan ke media polybag yang lebih besar (misalnya diameter 10 cm), dan berikan perawatan rutin baik penyiraman maupun penyemprotan anti hama. Bibit pun siap dibudidayakan setelah 3 sampai 4 bulan perawatan.
 
Semoga informasi tentang potensi bisnis budidaya jabon semakin bersinar ini, dapat memberikan inspirasi bagi Anda yang ingin memanfaatkan potensi daerah setempat (lahan kosong) sebagai peluang usaha. Selamat mencoba dan salam sukses.

Source : http://bisnisukm.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar